DEFISIENSI ZAT BESI; Fakta, Gejala, Bahaya, dan Solusinya
Oleh Ropidin, S.Pd. | Kamis, 30 Mei 2019 14:06 WIB | 8.480 Views
Mengenal Zat Besi
Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan. Dalam tubuh manusia, zat besi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut electron di dalam proses pembentukan energi di dalam sel. Untuk mengangkut oksigen, zat besi harus bergabung dengan protein membentuk hemoglobin di dalam sel darah merah dan myoglobin di dalam serabut otot. Bila bergabung dengan protein di dalam sel, zat besi membentuk enzim yang berperan di dalam pembentukan energi di dalam sel.
Kebutuhan Harian Zat Besi
Kebutuhan harian zat besi berbeda-beda berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pada bayi berusia 0-1 tahun, kebutuhan harian zat besi adalah 7-8 mg dan terus meningkat sebanyak 1 mg setiap 3 tahun hingga berumur 9 tahun. Setelah berumur 9 tahun, kebutuhan zat besi pada pria dan wanita akan berbeda. Kebutuhan tertinggi adalah pada usia 13-15 tahun, yaitu 19mg pada pria dan di usia 13-49 tahun pada wanita, yaitu sebanyak 26 mg.
Secara umum terdapat dua jenis makanan kaya zat besi:
- Heme: zat besi dalam makanan hewani seperti ikan, unggas, dan daging merah. Jenis zat besi ini sangat mudah diserap tubuh.
- Nonheme: zat besi dari tanaman.
Fakta Kasus Defisiensi Zat Besi
- Kekurangan zat besi adalah salah satu kekurangan nutrisi yang paling umum di dunia, mempengaruhi lebih dari 25% orang di seluruh dunia. Jumlah ini naik menjadi 47% pada anak-anak prasekolah.
- Sekitar 30% dari wanita yang sedang menstruasi mungkin juga kekurangan karena kehilangan darah bulanan, dan hingga 42% dari wanita hamil muda mungkin juga kurang.
- Selain itu, vegetarian dan vegan memiliki risiko defisiensi yang meningkat karena mereka hanya mengonsumsi zat besi non-heme, yang tidak diserap serta zat besi heme.
Siapakah yang paling berisiko atau rentan kekurangan zat besi?
- Anak-anak dan wanita hamil berada pada risiko tinggi kekurangan zat besi karena pertumbuhan yang pesat sedangkan kebutuhan zat besi yang lebih tinggi.
- Bayi berat lahir rendah dan bayi prematur.
- Gadis remaja dan wanita usia subur juga beresiko karena menstruasi.
- Anak-anak yang memiliki kebutuhan kesehatan khusus, misalnya, anak-anak dengan infeksi kronis atau diet dibatasi.
- Kondisi medis tertentu seperti perdarahan dalam jumlah besar, gangguan pembekuan darah, luka bakar, pasien dengan cuci darah rutin, pasien dengan gangguan pencernaan, pasien paska operasi saluran cerna.
Gejala Defisiensi Zat Besi
Gejala kekurangan zat besi berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung usia, tingkat keparahan, dan kondisi kesehatan. Beberapa gejala kekurangan zat besi yang paling umum di antaranya:
- Sering merasa lesu, mudah lelah, dan sulit fokus.
- Muka pucat.
- Sakit kepala dan pusing.
- Jantung berdebar-debar
- Rambut rontok.
- Lidah dan mulut bengka.
- Sindrom kaki gelisah.
- Kuku berbentuk seperti sendok.
Bahaya Defisiensi Zat Besi
Konsekuensi paling umum dari kekurangan zat besi adalah anemia, yakni jumlah sel darah merah Anda dan kemampuan darah Anda untuk membawa oksigen turun. Berikut ini adalah akibat kekurangan zat besi:.
- Kekurangan zat besi menghambat fungsi motorik normal pada bayi (aktivitas dan gerak tubuh) dan fungsi kecerdasan.
- Anemia karena kekurangan zat besi (Iron deficiency anemia) selama kehamilan dapat meningkatkan risiko bayi premature dan berat lahir rendah (BBLR).
- Pada orang dewasa kekurangan zat besi membuat cepat lelah menurunkan tenaga dan produktifitas kerja.
- Selain itu, kekurangan zat besi juga dapat menurunkan daya ingat (memory), fungsi mental dan kecerdasan.
- Kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko infeksi
Solusi Atasi Defisiensi Zat Besi
Penuhi kebutuhan zat besi dengan mengonsumsi makanan sehat yang mengandung zat besi, seperti daging merah, ikan, ayam, bayam, kale, kacang-kacangan, telur, dan susu. Selain itu, konsumsi vitamin C akan mempermudah tubuh menyerap zat besi. Faktanya, sebuah penelitian melaporkan bahwa konsumsi vitamin C dalam jumlah kecil akan meningkatkan kemampuan tubuh menyerap zat besi hingga tiga kali lipat. Sumber vitamin C yang bisa dikonsumsi, seperti kembang kol, brokoli, tomat, dan jus lemon. Namun, untuk konsumsi suplemen zat besi, sebaiknya konsultasikan dulu kebutuhan zat besi Anda pada dokter. Pasalnya, pada sebagian orang, konsumsi suplemen zat besi menyebabkan konstipasi. Konsumsi makanan alami untuk meningkatkan kadar zat besi tampaknya akan lebih sehat bagi tubuh Anda.
Sumber makanan zat besi
heme
- Daging merah. 3 ons (85 gram) daging sapi menghasilkan hampir 30% dari kebutuhan harian.
- Daging hati. Satu irisan (81 gram) hati memberikan lebih dari 50%.
- Kerang, remis, dan tiram adalah sumber zat besi heme yang sangat baik, dengan 3 ons (85 gram) tiram yang sudah dimasak menghasilkan sekitar 50%.
- Ikan sarden kalengan. 106 gram dapat memenuhi 34% dari kebutuhan harian.
Sumber makanan terbaik zat besi
non-heme
- Kacang polong. Setengah cangkir (85 gram) kacang merah yang dimasak menghasilkan 33% dari kebutuhan harian.
- Biji labu, wijen, dan labu adalah sumber zat besi non-heme yang baik. Satu ons (28 gram) labu panggang atau biji labu mengandung 11% dari kebutuhan harian.
- Sayuran hijau gelap seperti brokoli, kangkung, dan bayam kaya akan zat besi. Satu ons (28 gram) kale segar memberikan 5,5% dari kebutuhan harian.
Suplemen Pencegahan Defisiensi Zat Besi
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, asupan gizi seimbang sangat penting untuk kesehatan Anda. Selain beberapa rekomendasi yang sudah dipaparkan sebelumnya, Anda juga dapat menambahkan suplemen untuk menjaga kondisi darah Anda tetap sehat dan mencegah terjadinya defisiensi zat besi. Yakni dengan cara rutin konsumsi
Chlorophyll Plus dan
Spirulina.
Referensi: HealthLine.com, AloDokter.com, HonestDocs.id